Tabayyun.co.id,NASIONAL-Ketatnya persaingan di dunia kerja mendorong sejumlah jurnalis di Amerika Serikat (AS) beralih ke sektor teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Mereka kini dilirik perusahaan untuk mengisi peran sebagai pelatih model AI.
Menurut laporan dari NiemanLab, tawaran tersebut diberikan kepada penulis berita, jurnalis foto, dan reporter. Salah satunya dialami oleh Carla McCanna, lulusan Medill School of Journalism, Northwestern University.
“Perekrut mengatakan bahwa keahlian saya sesuai dengan peran sebagai ahli penulisan dan bahwa saya akan melatih model AI untuk mengoptimalkan akurasi dan efisiensi,” kata McCanna kepada NiemanLab.
Kemampuan jurnalistik seperti menulis, riset, dan verifikasi fakta menjadi nilai lebih bagi McCanna, meski ia tidak memiliki latar belakang teknologi atau analisis data.
McCanna pernah magang di The Dallas Morning News dan majalah D Magazine. Ia juga menyelesaikan pendidikan magister di bidang jurnalisme. Namun, McCanna menyebut sulitnya mencari pekerjaan di industri media.
“Sementara saya mencari posisi jurnalis saat itu, [pekerjaan Outlier] ini sepertinya bagus, karena ini benar-benar jarak jauh dan gajinya bagus jika konsisten,” jelasnya.
Kini, McCanna bekerja penuh waktu sebagai pelatih AI melalui platform Outlier, dengan bayaran mencapai US$35 per jam atau sekitar Rp 569.000.
“Banyak dari kami yang masih mencari pekerjaan. Tiga kali saya memberi tahu seseorang tentang pekerjaan saya, dan mereka berkata, tolong kirimkan ke saya,” ujarnya. “Saat ini sangat sulit, dan banyak rekan-rekan saya yang mengatakan hal yang sama.”
Jurnalisme Terancam, AI Ambil Alih
Data dari perusahaan konsultan Challenger, Gray & Christmas menunjukkan bahwa sekitar 5.000 pekerja media di AS kehilangan pekerjaan pada tahun lalu, naik 59 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Situasi ini selaras dengan laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) bertajuk Future of Jobs Report 2023, yang memperkirakan bahwa 83 juta pekerjaan global akan terhapus hingga 2027 akibat otomatisasi dan teknologi baru.
Menurut riset tersebut, 23 persen jenis pekerjaan di sektor media, hiburan, dan olahraga akan tergantikan. Pergeseran serupa juga diprediksi terjadi di bidang pemerintahan, teknologi informasi, komunikasi digital, transportasi, hingga layanan keuangan.